TATA CARA PENYELENGGARAAN JENAZAH
DISESUAIKAN DENGAN HPT
A. MENGHADAPI KEMATIAN
Sebelum
masuk kepada Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah, maka perlu juga dibahas tentang
cara menghadapi kematian.
1. Bila
salah seorang kamu sakit, hendaklah dia bersabar, maka dosa-dosanya akan
diampuni
Allah swt.
2. Hendaklah
orang yang sakit itu bersangka baik kepada Allah swt.
3. Orang
yang sakit itu hendaklah berwasiat, kalau dia meninggalkan barang milik
(harta
benda).
4. Talqinkan
(tuntunkan) orang yang akan meninggal dengan ucapan tahlil ( (لا إله إلاّ الله
Adapun
membaca surat Yasin pada orang yang hampir mati, tidak ada dalilnya yang
shahih.
5.
Hadapkanlah orang sakit itu ke arah kiblat
6. Kalau ia
sudah meninggal, pejamkanlah matanya, karena mata mengikuti keluarnya
ruh
dari badan.
7.
Do’akanlah ia dengan do’a :
حَدَّثَنِى
زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا أَبُو
إِسْحَاقَ الْفَزَارِىُّ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أَبِى قِلاَبَةَ عَنْ
قَبِيصَةَ بْنِ ذُؤَيْبٍ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- عَلَى أَبِى سَلَمَةَ وَقَدْ شَقَّ بَصَرُهُ فَأَغْمَضَهُ ثُمَّ
قَالَ « إِنَّ الرُّوحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ ». فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ
أَهْلِهِ فَقَالَ « لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ
الْمَلاَئِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ ». ثُمَّ قَالَ « اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لأَبِى سَلَمَةَ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِى الْمَهْدِيِّينَ وَاخْلُفْهُ
فِى عَقِبِهِ فِى الْغَابِرِينَ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ
وَافْسَحْ لَهُ فِى قَبْرِهِ. وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ ».
معانى بعض
الكلمات : الغابر :
الباقى
Dari Ummu Salamah dia berkata : Rasulullah saw
masuk ketempat Abu Salamah (yang wafat) dan matanya terbuka, maka
ditutupkannya, kemudian nabi berkata : Sesungguhya ruh itu apabila dicabut,
akan diikuti oleh mata. Maka manusia dari keluarganya rebut. Lalu nabi saw
berkata : Janganlah kamu do’akan atas diri (keluargamu) kecuali yang baik,
karena malaikat akan meng aminkan apa yang kamu ucapkan. Kemudian nabi saw
berdo’a : Ya Allah, ampunilah Abu Salamah (……isi dgn nama yg
dikunjungi ) , tinggikanlah derajatnya termasuk pada orang-orang yang
dapat petunjuk, dan gantilah sesudahnya pada orang-orang yang ditinggalkan dan
ampunilah kami dan untuknya yang Tuhan seru sekalian alam, lapangkanlah
kuburnya dan terangilah kuburnya.
HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasai, Ibnu Hibban,
Baihaqi, Abu Ya’la, Thabrani
8.
Selubungilah dengan kain yang baik.
9. Lunasilah
hutangnya segera, karena rohnya akan tertahan menghadap Allah kalau
hutangnya
belum dilunasi.
10.
Segerakan pengurusan jenazahnya, jangan ditunda – tunda.
11.
Kabarkanlah kepada kaum kerabat dan teman – temannya kaum muslimin lainnya.
Ada 4 (
empat ) kewajiban muslimin yang hidup terhadap muslim yang
meninggal, yang sering disebut FARDHU KIFAYAH. Pada hal istilah Fardhu kifayah
sebenarnya bukan hanya khusus untuk pengurusan jenazah. Fardhu kifayah yaitu
setiap kewajiban yang bila telah dikerjakan oleh sebagian orang, maka lepaslah
kewajiban yang lain, seperti menjawab salam, pengurusan jenazah, dll.
Fadhu
kifayah yang 4 untuk jenazah itu ialah :
1. Memandikannya
2. Mengapaninya
3. Menshalatkannya
4. Menguburkannya
I. MEMANDIKAN
A. ALAT – ALAT MEMANDIKAN JENAZAH
1. Tempat memandikan berupa dipan atau
meja, dan kain penutup tempat mandi itu.
2. Sabun yang sudah dicairkan, lebih
baik sabun cuci tapi bisa juga sabun mandi.
3. Air jeruk purut, cara membuatnya : 3
( tiga ) buah jeruk purut diparut dan disaring, banyaknya sekitar satu mangkok
sedang.
4. Air kapur barus yang sudah
dihaluskan sebanyak satu mangkuk sedang.
5. Air biasa sekitar 3 ( tiga ) ember
besar.
6. Sugi – sugi, yaitu lidi yang
ujungnya dibungkus dengan kapas. Panjang lidi itu ± 7 cm jumlah juga 7 buah.
7. Lidi untuk mencongkel kuku.
8. Sarung tangan.
9. Handuk atau yang sejenisnya.
B. ADAB MEMANDIKAN JENAZAH
1. Kalau ada aib atau kekurangan
tubuhnya, harus dirahasiakan, jangan dicerita kan kepada orang lain.
2. Cara memandikan harus dengan pelan
dan kasih sayang, tidak boleh dengan kasar atau menunjukkan ketidak senangan.
3. Waktu memandikan aurat utama harus
tetap ditutup dengan sarung atau basahan.
4. Yang memandikan mayat laki–laki,
harus laki–laki juga, kecuali istrinya.
5. Yang memandikan mayat perempuan
harus perempuan juga, kecuali suaminya
C. CARA
MEMANDIKAN
a. Letakkan mayat diatas dipan, dan
sebaiknya tidak dipangku.
b. Cebokkan ( istinjakkan ) mayat itu
dengan tangan kiri, dan sebaiknya pakai sarung tangan. Kawan membantu
menyiramkan sampai ke duburnya berulang–ulang, hingga hilang warna kuningnya.
c. Tangan boleh diluruskan pelan–pelan
dan boleh juga dalam posisi bersedekap.
d. Siramkan air ( biasa ) dari kepala
sampai kaki dgn pelan–pelan, dengan cara :
i.
Mula–mula
sebelah kanan 3 kali
ii.
Kemudian
sebelah kiri 3 kali
iii.
Terakhir
tengah–tangah 1 kali
iv.
Jumlahnya
sebanyak 7 kali ( ganjil )
e. Siramkan air sabun sampai semua
tubuh kena secara merata.
f. Satu orang menggosok secara
perlahan, dan yang lain menyiramnya.
g. Termasuk yang disiram / digosok
ialah belakang kuping, ketiak, paha, sela – sela jari, kepala, rambut, dll.
(Tanda sudah bersih badannya sudah kesat, tidak licin lagi.)
h. Sesudah bersih badannya bagian
depan, termasuk rambut dan kepalanya, miringkan jenazah kekiri dan gosoklah
bagian yang kanan dan punggungnya. Kemudian miringkan jenazah kekanan, dan
gosoklah bagian yang kiri dan punggungnya.
i.
Siramkan air
jeruk dari kepala sampai kekaki :
i.
Mula–mula
sebelah kanan 1 kali
ii.
Kemudian
sebelah kiri 1 kali
iii.
Terakhir
tengah–tengah 1 kali
CATATAN
: kalau mayatnya sudah agak uzur ( sudah mulai berbau ), maka boleh air jeruk
didahulukan dari air sabun ( sebelum no. 5 ).
j.
Telentangkan
jenazah dan siram dengan air biasa.
k. Gunakan sugi – sugi untuk :
i.
telinga
kanan, dan bersihkan sampai bersih
ii.
telinga
kiri, dan bersihkan sampai bersih,
iii.
mata kanan,
dan bersihkan sampai bersih
iv.
mata kiri,
dan bersihkan sampai bersih
v.
lubang
hidung kanan, dan bersihkan sampai bersih
vi.
lubang
hidung kiri, dan bersihkan sampai bersih
vii.
mulut, dan
bersihkan sampai bersih
l.
Bersihkan
kuku tangan dan kaki dengan lidi sampai bersih.
m. Siram lagi dengan air biasa.
n. Terakhir siram dengan air kapur
barus dari kepala sampai kaki, yaitu :
i.
Bagian kanan
ii.
Bagian kiri
iii.
Tengah –
tengah badan
o. Setelah ini tidak boleh lagi disiram
dengan air.
p. Lap semua tubuhnya dengan handuk
sampai kering.
q. Kalau untuk perempuan, rambutnya
ditocang ( dijalin tiga ) dan diletakkan diubun – ubunnya.
r.
Tidak ada
perbedaan mendasar antara cara memandikan mayat perempuan dengan mayat laki –
laki.
II. MENGAPANI
A. BAHAN – BAHAN
1. Kain kapan (kain putih) sepanjang
lebih kurang 12 m atau sesuai kebutuhan.
1. Kapas
2. Gaharu
3. Cendana
4. Kapur barus yang sudah ditumbuk
B. CARA MENGAPANI MAYAT LAKI – LAKI
1. Ukurlah mayat dari kepala sampai ke
ujung kaki ( ujung jari ), dan lebihkan sekitar 30 cm ( segulungan lutut )
2. Talinya 5 buah diambil dari pinggir
kain.
3. Cara mengambil talinya : gunting
sedikit dan koyakkan.
4. Kain kapan harus dipotong secara
ganjil ( 3 atau 5 potong )
5. Yang paling luar/bawah, 2 bidang kain yang didampetkan,
dan dianggap 1 lapis.
6. Yang kedua, 1 bidang kain atau satu setengah
bidang kain yang panjangnya sama
7. dengan yang dibawahnya.
8. Yang ketiga, 1 bidang kain atau satu setengah
bidang kain yang panjangnya sama dengan yang dibawahnya.
9. Letakkan kapas diatas kain tang
paling atas dan diatas kapas ditaruh gaharu.
10. Letakkan jenazah diatas kain kapan.
11. Letakkan kapas diatas mukanya,
dagunya, diantara lipatan tangan, dikaki, diantara kaki san paha dan didada.
12. Gulunglah kain kapan bersama – sama
( 2 orang ) dengan arah yang sama atau boleh juga berlawanan arah.
13. Ikatkan jenazah itu sebanyak 5
ikatan, yaitu di ujung kaki, di lutut, di dada, di kepala dan diujung kepala.
14. Yang di kepala diakhirkan
mengikatnya, karena mungkin ada yg akan melihat / mencium jenazah.
15. Simpul ikatan berada / diletakkan di
sebelah kiri jenazah ( supaya mudah membukanya waktu diliang lahat
)
UNTUK
JENAZAH PEREMPUAN
Ada tambahan
kapannya, yaitu :
a. ada telekung, dari kain kapan itu
juga.
b. ada sarung, dari kain kapan itu
juga.
c. ada baju , seperti baju teluk
belanga sederhana dan ada lehernya.
d. ada cawat sederhana
e. Semua bahan diatas dari kain kapan.
URUTAN KAIN
KAPAN PEREMPUAN
a. Yang paling awal ( paling dibawah )
adalah kain yang paling besar ( dua bidang disambungkan ).
b. Setalah itu yang agak kurang besar.
c. Setalah itu telekungnya.
d. Setelah itu sarungnya.
e. Setelah itu bajunya.
Walaupun
sebagian ulama men dha’ifkan tentang masalah pakaian jenazah itu.
III.
MENSHALATKAN JENAZAH
a. Shalatkanlah jenazah dengan syarat
– syarat shalat seperti berwudhu’, menutup aurat, dll.
b. Waktu – waktu yang dilarang shalat
jenazah adalah :
1. Waktu terbit matahari ( kecuali
matahari sudah naik )
2. Waktu pas tengah hari ( kecuali
matahari sudah tergelincir )
3. Waktu akan terbenam ( kecuali
sesudah terbenam )
c. Tidak ada yang dibaca sebelum
shalat jenazah
d. Kalau jenazah pria, hendaklah
imam berdiri dekat kepalanya
e. Kalau jenazah wanita,
hendaklah imam berdiri dekat lambung / perutnya ( ditengah – tengah
jenazah ).
f. Usahakan menshalatkannya dalam
3 shaf, walaupun orangnya sedikit.
g. Shalat jenazah terdiri dari 4
takbir, tanpa ruku’ dan sujud.
h. Setiap takbir mengangkat
kedua tangan.
A. TAKBIR PERTAMA
Sesudah takbir
pertama dengan membaca اَللهُ
اَكْبَر maka dibaca al Fatihah dan
shalawat.
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ
نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ
أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)
اللَّهُمّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيْمَ
وَآلِ إبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إبْرَاهِيْمَ وآل إبْرَاهِيْمَ إنكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
B. TAKBIR KEDUA
Sesudah takbir
kedua dengan membaca اَللهُ
اَكْبَر maka dibaca
do’a :
"اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ،
وَارْحَمْهُ، وَعَافِهِ، واعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ
مُدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ
الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ
دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا
مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ،
وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ
C. TAKBIR KETIGA
Sesudah takbir
ketiga dengan membaca اَللهُ
اَكْبَر maka dibaca
do’a :
اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيرِنَا
وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا
فَأَحْيِهِ عَلَى الإِسْلاَمِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى
الإِيمَانِ اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تُضِلَّنَا بَعْدَهُ ».
D. TAKBIR KEEMPAT
Sesudah takbir
keempat dengan membaca اَللهُ
اَكْبَر maka
dibaca do’a :
اللَّهُمَّ
لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تُضِلَّنَا بَعْدَهُ
Mengucapkan
salam (seperti salam shalat biasa) dengan membaca :
السَّلامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Catatan :
Do’a untuk jenazah anak – anak
dibaca sesudah
takbir keempat :
اَللَّهُمَّ
اجْعَلْهُ لَنَا سَلَفًا وَفَرَطًا وَأَجْرًا
IV. MENGUBURKAN
JENAZAH
- Sesudah dishalatkan, bawalah jenazah itu
ke kuburan dengan cepat – cepat ( segera ).
- Iringkanlah dengan berjalan sekelilingnya dan
diam ( tidak berbicara )
- Jangan ada wanita yang mengiringi jenazah.
- Dan bila melihat jenazah lewat, baik muslim atau
yahudi, maka berdirilah sehingga dia lewat atau diletakkan.
- Kuburlah jenazah dalam lubang ( kubur )
yang baik dan dalam.
- Buatlah galian lahat.
- Masukkan jenazah dari arah kaki kubur.
- ketika meletakkan jenazah dalam kubur bacalah :
بِسْمِ
اللَّهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّم
- Yang turun ke dalam kubur adalah orang
yang tidak junub tadi malam.
- Tutuplah dengan kain diatas kubur mayat
wanita, sedang laki – laki tidak.
- Letakkanlah mayat itu menghadap kiblat.
- Kubur tidak boleh ditinggikan lebih dari
sejengkal.
- Dilarang membuat tembok diatas kuburan.
- Boleh membuat tanda diatas kuburan,
umpamanya dengan batu di arah kepalanya.
- Taburilah kubur dengan tanah dari arah kepala,
bukan dengan bunga atau air.
- Larangan yang berhubungan dengan kuburan :
- Duduk sebelum jenazah
diletakkan di dalam kubur( harus berdiri terus )
- Duduk diatas kuburan
- Berjalan diantara kuburan
dengan memakai alas kaki
- Meninggikan kuburan lebih dari
sejengkal
- Menembok ( membeton ) kuburan
- Menjadikan kuburan sebagai bangunan
mesjid,dll.
- Menulisi kuburan dengan berbagai tulisan
seperti nama keluarga,dll
- Semua yang menjurus ke
arah syirik, seperti berwasilah kepada orang yang telah mati, minta
restu pada orang yang telah mati, dll.
MELAWAT (
BERTA’ZIAH )
1. Bila
mendapat musibah atau mendengar musibah, maka ucapkan :
إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ * اللَّهُمَّ
أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا *
Sesungguhnya kami milik Allah, dan
dan kepadanya kami kembali. Ya Allah, berilah aku pahala pada musibahku
ini dan gantilah dengan yang lebih baik darinya.
2. Lawatlah (
berta’ziah ) kepada ahli mayit, dan anjurkanlah bersabar.
3. Jangan
meratapi mayat, jangan pula menampar pipi, merobek pakaian dan meratap
dengan ratapan jahiliyah.
4. Tapi dibolehkan
menangis( tanda bersedih hati )
5. Buatkanlah
makanan bagi kerabat mayat.
6. Dan jangan
berkumpul makan –makan di rumah musibah itu.
ZIARAH KUBUR
1. Pergilah
berziarah ke kubur agar ingat akhirat.
2. Jangan melakukan
sesuatu di kuburan yang tidak diiznkan oleh Allah dan Rasulnya,
seperti meminta – minta kepada mayat, dan menjadikannya perantara dengan Allah
swt
3. Bila kamu ziarah
kubur, maka ucapkanlah :
السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ
لاَحِقُونَ اللَّهُمَّ
لا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُمْ ، وَلا تَفْتِنَّا بَعْدَهُم
Semoga selamat sejahtera bagimu, wahai rumah orang –
orang mukmin, dan insya
Allah kami akan menyusulkamu sekalian. Ya Allah,
janganlah engkau menjauhkan
kami dari pahala mereka, dan janganlah engkau
timbulkan fitnah kepada kami
sepeninggal mereka.
4. Kemudian menghadaplah
ke kiblat, dan berdo’a kepada Allah, dengan meminta ampun dan
‘afiat bagi mereka.
5. Janganlah
orang perempuan sering ziarah kubur.
6. Jangan ziarah
kubur hanya mengkhususkan pada waktu - waktu tertentu, seperti
menjelang Ramadhan atau sekitar Idul Fithri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar